BIOGRAFI EMPAT KHALIFAH TERKENAL DINASTI UMAYYAH
1. biografi Mu’awiyah bin Sufyan
Nama lengkapnya Mu’awiyah bin Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf, biasa dipanggil Abu Abdurrahman. Ia masyhur dengan nama Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ia lahir di Makkah tahun 20 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah Hindun binti Utbah.
Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik, badannya tinggi besar, dan kulitnya putih.
Ia masuk Islam bersama ayah, ibu, dan saudaranya, Yazid, pada saat pembebasan kota Makkah tahun 8 H.
Tentang keislamannya, ia pernah mengatakan “Aku telah masuk Islam pada saat penandatanganan perjanjian Hudaibiyah tahun 6 H, tapi aku menyembunyikan keislamanku.”
Ia ikut dalam perang Hunain bersama Rasulullah. Beliau memberinya 100 ekor onta dan 40 uqiyah (1 uqiyah= 29,75 gram emas) dari hasil rampasan perang.
Rasulullah pernah mendo’akannya dan berkata, “Ya Allah, jadikanlah ia orang yang tampil ke depan memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.”
Ia adalah salah seorang juru tulis Al-Qur’an.
Ia selalu berada di garis depan pada saat pertempuran. Ia pernah berhasil membebaskan kota ‘Arqah, Jubail, dan Beirut.
Umar bin Al-Khattab pernah menugaskannya sebagai gubernur Jordania, kemudian menjadi gubernur damaskus setelah saudaranya, Yazid, meninggal. Ia juga pernah ditugaskan Ustman bin Affan sebagai gubernur seluruh wilayah Syam
https://www.chanelmuslim.com/tarbiyah/biografi-singkat-muawiyah-bin-abi-sufyan/7988/
http://marwanbinhakambiografi.blogspot.co.id/2016/09/bigrafi-marwan-bin-hakam.html
Nama lengkapnya Mu’awiyah bin Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf, biasa dipanggil Abu Abdurrahman. Ia masyhur dengan nama Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Ia lahir di Makkah tahun 20 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah Hindun binti Utbah.
Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik, badannya tinggi besar, dan kulitnya putih.
Ia masuk Islam bersama ayah, ibu, dan saudaranya, Yazid, pada saat pembebasan kota Makkah tahun 8 H.
Tentang keislamannya, ia pernah mengatakan “Aku telah masuk Islam pada saat penandatanganan perjanjian Hudaibiyah tahun 6 H, tapi aku menyembunyikan keislamanku.”
Ia ikut dalam perang Hunain bersama Rasulullah. Beliau memberinya 100 ekor onta dan 40 uqiyah (1 uqiyah= 29,75 gram emas) dari hasil rampasan perang.
Rasulullah pernah mendo’akannya dan berkata, “Ya Allah, jadikanlah ia orang yang tampil ke depan memberi petunjuk dan mendapat petunjuk.”
Ia adalah salah seorang juru tulis Al-Qur’an.
Ia selalu berada di garis depan pada saat pertempuran. Ia pernah berhasil membebaskan kota ‘Arqah, Jubail, dan Beirut.
Umar bin Al-Khattab pernah menugaskannya sebagai gubernur Jordania, kemudian menjadi gubernur damaskus setelah saudaranya, Yazid, meninggal. Ia juga pernah ditugaskan Ustman bin Affan sebagai gubernur seluruh wilayah Syam
loading...
2.Biografi Marwan bin Hakam
Marwan bin Hakam merupakan khalifah keempat dari
daulah Bani Umayyah setelah Muawiyah bin Yazid. Marwan bin hakam
merupakan cucu dari Abu ‘Ash yang juga merupakan kake dari Utsman bin
Affan. Yang berarti, bahwa Marwan bin Hakam adalah sepupu Utsman bin
Affan. Marwan bin Hakam menikah dengan anak Utsman bin Affan yang
bernama Ummu Abban.
Pada saat Marwan bin Hakam berumur 7 tahun terjadi
pengusiran ayah Marwan dan keluarganya, kemudian Utsman bin Affan
mengajukan permohonan agar pamannya dan keluarganya dibolehkan kembali
ke Madinah, akan tetapi Rasulullah menolak. Sama halnya pada masa
pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab menolak permohonan dari
Utsman tetapi pada masa pemerintahan Utsman bin Affan pamannya beserta
keluarga dibolehkan kembali ke Madinah.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Marwan bin
Hakam diangkat menjadi kepala lembaga sekretariat (Al – Dawawin),
sedangkan pada masa pemerintahan Muawiyah, Marwan bin Hakam diangkat
sebagai Gubernur di Madinah, sedangkan pada masa Yazid bin Muawiyah,
Marwan bin Hakam diangkat menjadi pembantu terdekatnya dan menjadi
penasehatnya di Damaskus.
Marwan bin Hakam adalah seorang yang bijaksana,
berpikiran tajam, fasih dalam berbicara, dan berani. Ia ahli dalam
pembacaan Al-Qur’an dan banyak dalam meriwayatkan hadis-hadis dari para
sahabat Rasulullah saw yang terkemuka. Dia merupakan lapis pertama dari
kalangan Tabi’in, dia banyak meriwayatkan hadis terutama dari Umar bin
Khattab dan Usman bin Affan
3 Biografi Al Walid Bin Abdul Malik
Al-Walid bin Abdul-Malik bergelar Al-Walid I (lahir
pada tahun 668 – meninggal di Damaskus (kini wilayah Suriah) pada 23
Februari 715 pada umur 46/47 tahun) ialah Khalifah Bani Umayyah yang
memerintah antara 705 - 715. Ia melanjutkan ekspansi Khilafah Islam yang
dicetuskan ayahandanya, dan merupakan penguasa yang efektif.
Al-Walid I ialah putra sulung
Abdul-Malik dan menggantikannya ke kursi kekhilafahan setelah
kematiannya. Al-Walid sendiri melanjutkan pemerintahan yang efektif yang
merupakan ciri-ciri ayahandanya, ia mengembangkan sistem kesejahteraan,
membangun rumah sakit, institusi pendidikan dan langkah-langkah untuk
apresiasi seni.
Al-Walid sendiri merupakan penggemar berat
arsitektur lalu memperbaiki, memperluas dan memperbaharui kembali Masjid
Nabawi di Madinah tahun 706. Di samping itu, ia mengubah Basilika
Kristen St. Yohanes Pembaptis menjadi mesjid besar, kini dikenal sebagai
Masjid Agung Damaskusatau secara singkat Masjid Umayyah. Al-Walid juga
secara besar-besaran mengembangkan militer, membangun angkatan laut yang
kuat.
Ia juga dikenal karena kesalehan pribadinya dan
banyak cerita menyebutkan bahwa ia terus-menerus mengutip al-Qur'an dan
selalu menjadi tuan rumah yang menyajikan jamuan besar untuk orang-orang
yang berpuasa selama bulan Ramadhan. Al-Walid digantikan saudaranya
Sulaiman bin Abdul-Malik.
Ayahnya bernama Abdul Malik. Karena
kemanjaan ayahnya kepada Al-Walid pendidikan bahasa arabnya sangat
lemah. Sehingga ia bicaranya kurang fasih. Menurut riwayat, ayahnya
pernah berkata:” Cinta kasih kami kepada Al-walid telah membahayakan
dirinya, sehingga kami tidak mau, mengirimnya kepadang pasir.”
Karya terbesar Al-Walid dalam perbaikan
dalam Negeri antara lain adalah ia telah mengupulkan anak-anak yatim,
diberinya jaminan hidup serta disediakan pendidikan untuk mereka. Bagi
orang yang cacat pelayanan khusus, bagi orang-orang buta disediakan para
penuntun,semua orang diberi bayaran yang teratur. Orang yang
berpenyakit kusta ditempatkan dalam rumah khusus, dirawat sesuai dengat
syarat kesehatan, hingga mereka tidak dapat keluar ke tempat yang ramai,
mereka juga diberi jaminan hidup layak dan mereka yang mengurusi diberi
gaji.
Keberhasilan Al-Walid lepas dari orang
disekitarnnya antara lain: al-Hajaj. Abdul malik pernah berwasiat kepada
puteranya AL-walid, suatu wasiat yang dapat digambarkian kedudukan
AL-Hajaj dalam kerajaan bani Ummayah. Ia berkata:” pandanglah Al-Hajaj
dan muliakanlah dia, karena dialah kerajaan menjadi kokoh. Dialah
pedangmu dan tanganmu, untuk menumpas orang-orang yang benar
membangkangmu. Janganlah engkau dengarkan fitnah orang tentang dirinmya,
sebab engkau memerlukannya, lebih dari ia memerlukan engkau"
Sifat keadilan Al-Walid akibat didikan
ayahnya Abdul Malik sehingga rakyatnya sangat kagum dan mencintai
Al-Walid dengan sifat mulianya. Walaupun dia memegang pemerintah sebagai
Khalifah tidah begitu lama.
BIOGRAFI UMAR BIN ABDUL AZIZ
Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang berhasil
memimpin umatnya dengan adil. Ia adalah pemimpin yang sangat wara’,
zuhud, bersih, dan peduli pada umatnya. Umar bin Abdul Aziz disebut para
ulama sebagai khulafa’ur rasyidin ke-5, karena kesamaan manhaj
kepemimpinan beliau dengan empat khalifah pertama penerus Rasulullah
saw. Umar bin Abdul Aziz mempunyai keperibadian yang tinggi, wara’ yang
diwarisi dari kakeknya Umar bin Al-Khatab. Ia juga sangat berhati-hati
dengan harta terutamanya yang melibatkan harta rakyat.
Kisah Umar bin Khattab berkaitan dengan kelahiran Umar II
Menurut tradisi Muslim Sunni, silsilah keturunan
Umar dengan Umar bin Khattab terkait dengan sebuah peristiwa terkenal
yang terjadi pada masa kekuasaan Umar bin Khattab.
“Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya
beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam
beliau mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang
penjual susu yang miskin.
Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari”
Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini”
Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.
Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.
Kata Umar, “Semoga lahir dari keturunan gadis ini
bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang
Arab dan Ajam”.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi
gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama
Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu
Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin
Abdul-Aziz.
Kelahiran
Saat itu, Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin
Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin
Marwan (685 – 705 M) yang merupakan kakaknya. Abdul Mallik bin Marwan
adalah seorang shaleh, ahli fiqh dan tafsir, serta raja yang baik
terlepas dari permasalahan ummat yang diwarisi oleh ayahnya (Marwan bin
Hakam) saat itu.
Dari perkawinan itu, lahirlah Umar bin Abdul Aziz.
Beliau dilahirkan di Halawan, kampung yang terletak di Mesir, pada tahun
61 Hijrah. Umar kecil hidup dalam lingkungan istana dan mewah. Saat
masih kecil Umar mendapat kecelakaan. Tanpa sengaja seekor kuda jantan
menendangnya sehingga keningnya robek hingga tulang keningnya terlihat.
Semua orang panik dan menangis, kecuali Abdul Aziz seketika tersentak
dan tersenyum. Seraya mengobati luka Umar kecil, dia berujar,
“Bergembiralah engkau wahai Ummi Ashim. Mimpi Umar
bin Khattab insyaallah terwujud, dialah anak dari keturunan Umayyah yang
akan memperbaiki bangsa ini.“
Umar bin Abdul Aziz menuntut ilmu sejak beliau
masih kecil. Beliau sentiasa berada di dalam majlis ilmu bersama-sama
dengan orang-orang yang pakar di dalam bidang fikih dan juga
ulama-ulama. Beliau telah menghafaz al-Quran sejak masih kecil. Merantau
ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan
beberapa tokoh terkemuka spt Imam Malik b. Anas, Urwah b. Zubair,
Abdullah b. Jaafar, Yusuf b. Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau
melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir.
Semasa Khalifah Walid bin Abdul Malik memerintah,
beliau memegang jawatan gabernur Madinah/Hijaz dan berjaya mentadbir
wilayah itu dengan baik. Ketika itu usianya lebih kurang 28 tahun. Pada
zaman Sulaiman bin Abdul Malik memerintah, beliau dilantik menjadi
menteri kanan dan penasihat utama khalifah. Pada masa itu usianya 33
tahun.
Umar bin Abdul Aziz mempersunting Fatimah binti
Abdul Malik bin Marwan sebagai istrinya. Fatimah binti Abdul Malik bin
Marwan adalah putri dari khalifah Abdul Malik bin Marwan. Demikian juga,
keempat saudaranya pun semua khalifah, yaitu Al Walid Sulaiman, Al
Yazid, dan Hisyam. Ketika Fatimah dipinang untuk Umar bin Abdul Aziz,
pada waktu itu Umar masih layaknya orang kebanyakan bukan sebagai calon
pemangku jabatan khalifah.
Kehidupan awal
682 – 715
Umar dibesarkan di Madinah, di bawah bimbingan Ibnu
Umar, salah seorang periwayat hadis terbanyak. Ia tinggal di sana
sampai kematiannya ayahnya, dimana kemudian ia dipanggil ke Damaskus
oleh Abdul-Malik dan menikah dengan anak perempuannya Fatimah. Ayah
mertuanya kemudian segera meninggal dan ia diangkat pada tahun 706
sebagai gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid I
715 – 715: era Al-Walid I
Tidak seperti sebagaian besar penguasa pada saat
itu, Umar membentuk sebuah dewan yang kemudian bersama-sama dengannya
menjalankan pemerintahan provinsi. Masa di Madinah itu menjadi masa yang
jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dimana keluhan-keluhan
resmi ke Damaskus berkurang dan dapat diselesaikan di Madinah, sebagai
tambahan banyak orang yang berimigrasi ke Madinah dari Iraq, mencari
perlindungan dari gubernur mereka yang kejam, Al-Hajjaj bin Yusuf. Hal
tersebut menyebabkan kemarahan Al-Hajjaj, dan ia menekan al-Walid I
untuk memberhentikan Umar. al-Walid I tunduk kepada tekanan Al-Hajjaj
dan memberhentikan Umar dari jabatannya. Tetapi sejak itu, Umar sudah
memiliki reputasi yang tinggi di Kekhalifahan Islam pada masa itu.
Pada era Al-Walid I ini juga tercatat tentang
keputusan khalifah yang kontroversial untuk memperluas area di sekitar
masjid Nabawi sehingga rumah Rasulullah ikut direnovasi. Umar membacakan
keputusan ini di depan penduduk Madinah termasuk ulama mereka, Said Al
Musayyib sehingga banyak dari mereka yang mencucurkan air mata. Berkata
Said Al Musayyib: “Sungguh aku berharap agar rumah Rasulullah tetap
dibiarkan seperti apa adanya sehingga generasi Islam yang akan datang
dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya tata cara hidup beliau yang
sederhana”
715 – 717: era Sulaiman
Umar tetap tinggal di Madinah selama masa sisa
pemerintahan al-Walid I dan kemudian dilanjutkan oleh saudara al-Walid,
Sulaiman. Sulaiman, yang juga merupakan sepupu Umar selalu mengagumi
Umar, dan menolak untuk menunjuk saudara kandung dan anaknya sendiri
pada saat pemilihan khalifah dan menunjuk Umar.
Kedekatan Umar dengan Sulaiman
Sulaiman bin Abdul-Malik merupakan sepupu langsung
dengan Umar. Mereka berdua sangat erat dan selalu bersama. Pada masa
pemerintahan Sulaiman bin Abdul-Malik, dunia dinaungi pemerintahan
Islam. Kekuasaan Bani Umayyah sangat kukuh dan stabil.
Suatu hari, Sulaiman mengajak Umar ke markas
pasukan Bani Umayyah. Sulaiman bertanya kepada Umar “Apakah yang kau
lihat wahai Umar bin Abdul-Aziz?” dengan niat agar dapat membakar
semangat Umar ketika melihat kekuatan pasukan yang telah dilatih. Namun
jawab Umar, “Aku sedang lihat dunia itu sedang makan antara satu dengan
yang lain, dan engkau adalah orang yang paling bertanggung jawab dan
akan ditanyakan oleh Allah mengenainya”.
Khalifah Sulaiman berkata lagi “Engkau tidak kagumkah dengan kehebatan pemerintahan kita ini?”
Balas Umar lagi, “Bahkan yang paling hebat dan
mengagumkan adalah orang yang mengenali Allah kemudian mendurhakai-Nya,
mengenali setan kemudian mengikutinya, mengenali dunia kemudian condong
kepada dunia”.
Jika Khalifah Sulaiman adalah pemimpin biasa, sudah
barang tentu akan marah dengan kata-kata Umar bin Abdul-Aziz, namun
beliau menerima dengan hati terbuka bahkan kagum dengan kata-kata itu.
Sifat-sifatnya
Rasa Takut dan Tangisannya
Dari Al Mughirah bin Hukaim, dia berkata, “Fatimah
binti Abdul Malik bin Marwan, dia berkata kepadaku, “Wahai Mughirah,
mungkin saja ada orang yang lebih baik shalat dan puasanya daripada Umar
bin Abdul ‘Aziz, akan tetapi aku belum pernah melihat seorangpun yang
lebih banyak takut dan lebih banyak menangis dihadapan Tuhannya daripada
Umar bin Abdul ‘Aziz. Jika dia masuk ke rumahnya, dia langsung
bersujud, dia terus saja menangis hingga kedua matanya tertidur,
kemudian terbangun dan menangis lagi dan lagi. Dia menghabiskan sebagian
besar malamnya seperti itu.”
Kezuhudannya
Dari Maslamah bin Abdul Malik, dia berkata, “Aku
menemui Umar bin Abdul ‘Aziz untuk menjenguknya karena sakit. Saat itu
dia mengenakan baju yang sudah jelek dan kotor, kemudian aku berkata
kepada Fatimah binti Abdul Malik, isterinya, “Wahai Fatimah, cucilah
baju Amirul Mukminin.” Sang isteri berkata, “InsyaAllah akan aku
lakukan.” Selang beberapa waktu, aku pun kembali menjenguknya dan
ternyata bajunya masih yang itu juga, sehingga aku pun berkata kepada
isterinya, “Wahai Fatimah, tidakkah aku talah memintamu untuk
membersihkan dan mengganti pakaian Amirul Mukminin, karena banyak warga
yang ingin menjenguknya?” Fatimah berkata, “Demi Allah, dia tidak
mempunyai baju yang selain itu.”
Dari Malik bin Dinar, dia berkata, “Orang-orang
berkata, “Malik bin Dinar adlah orang yang zuhud,” akan tetapi
sebenarnya orang yang bisa dikatakan zuhud itu adalah Umar bin Abdul
‘Aziz yang dikaruniai kemewahan dunia dengan segala isinya akan tetapi
dia memilih untuk meninggalkannya.”
Kewara’annya
Ja’wanah berkata, “Ketika Abdul Malik bin Umar bin
Abdul ‘Aziz meninggal dunia, Umar bin Abdul ‘Aziz terlihat bersyukur
karenanya. Kemudian, sesorang berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin,
jika dia masih hidup, apakah Anda akan mengangkatnya sebagai putera
mahkota?” Dengan tegas Umar menjawab, “Tidak.” Orang itu bertanya lagi,
“Mengapa tidak, dan Anda malah bersyukur atas kematiannya?” Dia
menjawab, “Aku takut dia akan menjadi perhiasan dimataku (yang dapat
menghalanginya dari kebenaran), seperti perhiasan seorang anak pada
orang tuanya.”
Dari Yahya bin Said, dia berkata, “Abdul Humaid bin
Abdirrahman menulis sepucuk surat kepada Umar bin Abdul ‘Aziz. Dalam
suratnya itu dia berkata, “Sesungguhnya telah ada pengaduan kepadaku
tentang seseorang yang mencaci Anda, kemudian aku berniat membunuhnya.
Akan tetapi, aku membatalkannya hingga akhirnya aku berinisiatif menulis
surat kepada Anda untuk meminta pendapat Anda.” Umar bin Abdul ‘Aziz
memberikan seseorang tidak berhak untuk dibunuh hanya karena mencaci
orang lain, kecuali yang mencaci Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam.
Jadi, caci makilah dia jika kamu menginginkannya, kemudian lepaskan.”
Kerendahan Hatinya
Dari Raja’ bin Haiwah, dia berkata, “Aku pernah
begadang malam bersama Umar bin Abdul ‘Aziz, tiba-tiba lampu padam. Lalu
aku bergegas untuk berdiri dan memperbaikinya, akan tetapi Umar bin
Abdul ‘Aziz melarangku. Setelah itu, dia memperbaikinya sendiri dan
duduk kembali, lalu dia berkata, “Jika kamu duduk, maka aku tetap Umar
bin Abdul ‘Aziz (orang biasa yang tak perlu diistimewakan). Dan jika
kamu berdiri, maka aku juga tetap Umar bin Abdul ‘Aziz dan celakalah
seseorang yang memperkerjakan tamunya.”
Terdapat banyak riwayat dan athar para sahabat yang menceritakan tentang keluruhan budinya. Di antaranya ialah :
At-Tirmizi meriwayatkan bahwa Umar Al-Khatab telah
berkata : “Dari anakku (zuriatku) akan lahir seorang lelaki yang
menyerupainya dari segi keberaniannya dan akan memenuhkan dunia dengan
keadilan”
Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah
berkata : “Aku tidak pernah menjadi makmum di belakang imam selepas
wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat imam tersebut menyamai solat
Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul Aziz dan beliau pada
masa itu adalah Gabenor Madinah”
Al-Walid bin Muslim menceritakan bahawa seorang
lelaki dari Khurasan telah berkata : “Aku telah beberapa kali mendengar
suara datang dalam mimpiku yang berbunyi : “Jika seorang yang berani
dari Bani Marwan dilantik menjadi Khalifah, maka berilah baiah kepadanya
kerana dia adalah pemimpin yang adil”.” Lalu aku menanti-nanti
sehinggalah Umar b. Abdul Aziz menjadi Khalifah, akupun mendapatkannya
dan memberi baiah kepadanya”.
Qais bin Jabir berkata : “Perbandingan Umar b Abdul
Aziz di sisi Bani Ummaiyyah seperti orang yang beriman di kalangan
keluarga Firaun”
Hassan al-Qishab telah berkata :”Aku melihat
serigala diternak bersama dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah
Umar Ibnu Aziz”
Umar b Asid telah berkata :”Demi Allah, Umar Ibnu
Aziz tidak meninggal dunia sehingga datang seorang lelaki dengan harta
yang bertimbun dan lelaki tersebut berkata kepada orang ramai :”Ambillah
hartaku ini sebanyak mana yang kamu mahu”. Tetapi tiada yang mahu
menerimanya (kerana semua sudah kaya) dan sesungguhnya Umar telah
menjadikan rakyatnya kaya-raya”
‘Atha’ telah berkata : “Umar Abdul Aziz
mengumpulkan para fuqaha’ setiap malam. Mereka saling ingat memperingati
di antara satu sama lain tentang mati dan hari qiamat, kemudian mereka
sama-sama menangis kerana takut kepada azab Allah seolah-olah ada
jenayah di antara mereka.”
Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khalifah
Atas wasiat yang dikeluarkan oleh khalifah Sulaiman
bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah pada
usianya 37 tahun. Beliau dilantik menjadi Khalifah selepas kematian
Sulaiman bin Abdul Malik tetapi beliau tidak suka kepada pelantikan
tersebut. Lalu beliau memerintahkan supaya memanggil orang ramai untuk
mendirikan sembahyang. Selepas itu orang ramai mula berpusu-pusu pergi
ke masjid. Apabila mereka semua telah berkumpul, beliau bangun
menyampaikan ucapan. Lantas beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah
dan berselawat kepada Nabi s.a.w kemudian beliau berkata:
“Wahai sekalian umat manusia! Aku telah diuji untuk
memegang tugas ini tanpa meminta pandangan daripada aku terlebih dahulu
dan bukan juga permintaan daripada aku serta tidak dibincangkan bersama
dengan umat Islam. Sekarang aku membatalkan baiah yang kamu berikan
kepada aku dan pilihlah seorang Khalifah yang kamu reda”.
Tiba-tiba orang ramai serentak berkata:
“Kami telah memilih kamu wahai Amirul Mukminin dan
kami juga reda kepada kamu. Oleh yang demikian perintahlah kami dengan
kebaikan dan keberkatan”.
Lalu beliau berpesan kepada orang ramai supaya
bertakwa, zuhud kepada kekayaan dunia dan mendorong mereka supaya
cintakan akhirat kemudian beliau berkata pula kepada mereka: “Wahai
sekalian umat manusia! Sesiapa yang taat kepada Allah, dia wajib ditaati
dan sesiapa yang tidak taat kepada Allah, dia tidak wajib ditaati oleh
sesiapapun. Wahai sekalian umat manusia! Taatlah kamu kepada aku selagi
aku taat kepada Allah di dalam memimpin kamu dan sekiranya aku tidak
taat kepada Allah, janganlah sesiapa mentaati aku”. Setelah itu beliau
turun dari mimbar.
Umar rahimahullah pernah menghimpunkan sekumpulan
ahli fekah dan ulama kemudian beliau berkata kepada mereka: “Aku
menghimpunkan kamu semua untuk bertanya pendapat tentang perkara yang
berkaitan dengan barangan yang diambil secara zalim yang masih berada
bersama-sama dengan keluarga aku?” Lalu mereka menjawab: “Wahai Amirul
Mukminin! perkara tersebut berlaku bukan pada masa pemerintahan kamu dan
dosa kezaliman tersebut ditanggung oleh orang yang mencerobohnya.”
Walau bagaimanapun Umar tidak puas hati dengan jawapan tersebut
sebaliknya beliau menerima pendapat daripada kumpulan yang lain termasuk
anak beliau sendiri Abdul Malik yang berkata kepada beliau: “Aku
berpendapat bahawa ia hendaklah dikembalikan kepada pemilik asalnya
selagi kamu mengetahuinya. Sekiranya kamu tidak mengembalikannya, kamu
akan menanggung dosa bersama-sama dengan orang yang mengambilnya secara
zalim.” Umar berpuas hati mendengar pendapat tersebut lalu beliau
mengembalikan semula barangan yang diambil secara zalim kepada pemilik
asalnya.
Sesudah Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi
khalifah dan Amirul Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada
Fatimah, isteri tercinta.
Umar berkata kepadanya, “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua.”
Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?”
Umar bin Abdul Azz menerangkan, “Memilih antara
perhiasan emas berlian yang kau pakai dengan Umar bin Abdul Aziz yang
mendampingimu.”
Kata Fatimah, “Demi Allah, Aku tidak memilih
pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas
permata dan seluruh perhiasanku.”
Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima
semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum
muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan
rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.
Setelah menjadi khalifah, beliau mengubah beberapa
perkara yang lebih mirip kepada sistem feodal. Di antara perubahan awal
yang dilakukannya ialah :
menghapuskan cacian terhadap Saidina Ali b Abu
Thalib dan keluarganya yang disebut dalam khutbah-khutbah Jumaat dan
digantikan dengan beberapa potongan ayat suci al-Quran
merampas kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal
memecat pegawai-pegawai yang tidak cekap,
menyalahgunakan kuasa dan pegawai yang tidak layak yang dilantik atas
pengaruh keluarga Khalifah
menghapuskan pegawai pribadi bagi Khalifah
sebagaimana yang diamalkan oleh Khalifah terdahulu. Ini membolehkan
beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa sekatan tidak seperti
khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan askar-askar yang
mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.
Selain daripada itu, beliau amat menitilberatkan
tentang kebajikan rakyat miskin di mana beliau juga telah menaikkan gaji
buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan.
Beliau juga amat menitikberatkan penghayatan agama
di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah
umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjammah dan
masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana
yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa’ Ar-Rasyidin.
Baginda turut mengarahkan Muhammad b Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar
mengumpul dan menyusun hadith-hadith Raulullah SAW. Beliau juga
meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain dan banyak pula ulama hadis
yang meriwayatkan hadis daripada beliau.
Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan
cendikawan Islam supaya menterjemahkan buku-buku kedoktoran dan pelbagai
bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab
supaya senang dipelajari oleh umat Islam.
Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau
telah menghantar 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta
menghantar beberapa orang pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan
Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam. Di samping
itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas
orang yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk Islam.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan
keadilannya telah menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya.
Beliau ingin semua rakyat dilayani dengan adil tidak memandang
keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna.
Keadilan yang beliau perjuangan adalah menyamai keadilan di zaman
kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab.
Pada masa pemerintahan beliau, kerajaan Umaiyyah
semakin kuat tiada pemberontakan dalaman, kurang berlaku penyelewengan,
rakyat mendapat layanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya hinggakan
Baitulmal penuh dengan harta zakat kerana tiada lagi orang yang mahu
menerima zakat. Rakyat umumnya sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya mau
berdikari sendiri. Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ra,
pasukan kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat
dan negeri Cina di sebelah timur. Pada waktu itu kekausaan pemerintahan
di Portugal dan Spanyol berada di bawah kekuasaannya.
Wafat
Umar bin Abdul ‘Aziz meninggal dunia di Dir Sam’an,
pada tanggal 10 atau 5 bulan Rajab tahun 101 Hijriyah. Saat itu dia
genap berusia 39 tahun lebih enam bulan. Ia meninggal setelah memerintah
selama 2 tahun 5 bulan dan 2 tahun 5 bulan satu tempoh yang terlalu
pendek bagi sebuah pemerintahan. Meninggalnya karena meminum racun yang
telah direkayasa oleh bani Umayyah sendiri, karena Umar bin Abdul ‘Aziz
dikenal tegas terhadap kezhaliman mereka, mencabut semua kekebalan hukum
dan hak istimewa mereka serta memutus semua sumber dana kekayaan
mereka. Dia memang mengabaikan kehati-hatian dan pengamanan pada
dirinya.
Kita akan mengakhiri biografi Umar bin Abdul ‘Aziz
dengan apa yang disebutkan Ibnu Al Jauzi dalam kitab sirah-nya, dia
berkata, “Ada yang memberitahukan kepadaku bahwa Al-Manshur berkata
kepada Abdurrahman bin Al Qasim, “Berilah aku nasehat!” Dia berkata,
“Dengan apa yang pernah aku lihat atau dengan apa yang pernah aku
dengar?” Dia berkata, “Dengan apa yang pernah yang Anda lihat.” Dia
berkata, “Umar bin Abdul ‘Aziz meninggal dunia, dengan meninggalkan 11
putera, harta warisannya 17 dinar. Harta itu lalu digunakan mereka untuk
membeli kain kafan 5 dinar dan kuburannya 2 dinar. Dan yang tersisa
dibagikan kepada semua anggota keluarga dan setiap mereka mendapat 19
dirham.
Hisyam bin Abdul Malik meninggal dunia, dia
meninggalkan 11 putera, harta warisannya dibagikan kepada anak-anaknya
itu dan masing-masing mendapatkan ribuan dinar. Dan aku pernah melihat
seorang lelaki dari keturunan Umar bin Abdul ‘Aziz membawa seratus kuda
perang untuk dishadaqahkan guna dipakai berperang dijalan Allah dalam
satu hari, dan aku melihat seorang lelaki dari keturunan Hisyam bin
Abdul Malik diberikan shadaqah (karena sudah jatuh miskin).”
loading...
https://www.chanelmuslim.com/tarbiyah/biografi-singkat-muawiyah-bin-abi-sufyan/7988/
http://marwanbinhakambiografi.blogspot.co.id/2016/09/bigrafi-marwan-bin-hakam.html
http://hhaudailydiary.blogspot.co.id/2011/10/biografi-al-walid-bin-abdul-malik.html
https://jmlhopetech.wordpress.com/2012/03/26/biografi-umar-bin-abdul-aziz/
Read more »
Posted by